Ada yang menarik dari langganan di mailinglist motivasi, cetivasi dan resonansi. Beberapa hari lalu Cetivasi mengirimkan email yang berisi cerita kebijakan berjudul Kalejengking. Silahkan diserap maknanya:
Kalajengking
Ada seorang pendeta India yang melihat seekor kalajengking mengambang berputar-putar di air. Ia memutuskan untuk menolong kalajengking itu keluar dengan mengulurkan jarinya, tetapi kalajengking itu menyengatnya.
Orang itu masih tetap berusaha mengeluarkan kalajengking itu keluar dari air, tetapi binatang itu lagi-lagi menyengat dia.
Seorang pejalan kaki yang melihat kejadian itu mendekat dan melarang orang India itu menyelamatkan kalajengking yang terus saja menyengat orang yang mencoba menyelamatkannya.
Tetapi orang India itu berkata, “Secara alamiah kalajengking itu menyengat. Secara alamiah saya ini mengasihi. Mengapa saya harus melepaskan naluri alamiah saya untuk mengasihi gara-gara kalajengking itu secara alamiah menyengat saya?”
Jangan berhenti mengasihi, Jangan menghentikan kebaikan anda, Bahkan meskipun ketika orang-orang lain menyengat anda.
(From: Azret Batseba Lutaporu)
Nah hari ini, saya menerima email motivasi lagi isinya hampir sama dengan cerita di atas. Silahkan simak:
Pertapa Muda dan Kepiting
Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.
Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal.
Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.
Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.
Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.
Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.
Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?”
“Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,” jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.
Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan?”
Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan.”
Pembaca yang budiman, Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.
Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie WongsoSumber: Pertapa Muda dan Kepiting oleh Andrie Wongso
Ketika aku membaca cerita Pertapa Muda dan Kepiting oleh Andrie Wongso, aku teringat dengan cerita Kalejengking oleh Azret Batseba Lutaporu. Kesannya saling berbalas. Ya kebetulan yang kebetulan.
Bagus mas ceritanya ;)
jika bercinta biarlah dengan hati yang penuh sarat dengan rindu pasti cinta mu akan membuah kehangatan yang tak terkira jika bercinta biarlah dengan sayang yang tak pernah kurang pasti cinta mu seperti tak pernah cukup dan kamu ingin terus mengejarnya sehingga kamu berjaya memperolehinya jika bercinta biarlah ada rasa perikemaknusiaan pasti kamu tak akan dan tak mungkin melukai dan mengecewakanya
bagus banget critanya mas…
ayo semangat, bikin lagi crita kehidupan yang bagus-bagus lagi, biar kita bisa bikin blogrol-nya…
mampir ditempatku jg mas. trims
waktu membaca tentang kisah kalajengking, saya berfikir mengapa pertapa tidak belajar dari pengalamannya untuk menggunakan alat, sehingga niat baiknya tercapai dan dia pun tidak tersakiti..
ternyata ada kisah kepiting setelahnya..
sebaiknya kisah kepiting saja yg disebarluaskan..
Thanks atas artikelnya….
Salam kenal…. :)
yup..setuju dgn rifki, sebaiknya kisah kepiting saja yang disebarluaskan, karena bersikap baik dan welas asih juga harus disertai dengan sikap bijak.
wah, luar biasa sekali ceritanya…..inspiring bgt!!!!
hebat…hebat…two thumbs up for you!
hehe. thanks