Tag Archives: Renungan

Kata Bukan Cinta, Laku Bukan Cinta

Banyak yang berbuat, banyak yang berucap. Hanya sedikit yang berbuat dan berucap cinta.

Banyak orang tua, istri, suami, anak, dan kekasih mengungkapkan cinta hanya dengan kata-kata atau hanya dengan perbuatan. Banyak orang membanting tulang mencari nafkah demi orang-orang yang dicintainya, mereka anggap telah melakukan suatu yang disebut cinta. Tetapi ternyata mereka salah dan mereka dicampakkan. Mereka baru melakukan suatu yang disebut dengan kewajiban, bukan cinta.

Banyak yang anggap, dengan laku saja sudah cukup untuk mengungkapkan cinta. Mereka lupa kalau manusia tidak hanya punya mata, manusia punya telinga, punya mulut, punya rasa. Cinta itu sederhana, cinta hanya perlu diungkapkan sehingga semua panca indra manusia bisa merasakannya.

Jangan kira mereka tahu kalau kita mencitai mereka hanya dengan perbuatan, cinta harus dirasakan oleh semua indra. Katakan “AKU CINTA KAMU”, “AKU SAYANG KAMU”, “AKU MEMBUTUHKAN KAMU”. Ucapkan dan buat mereka tahu kalau kita mencintainya.

Laku kita memperlihatkan kalau kita mencintai.
Kata kita memperdengarkan kalau kita mencintai.
Sentuhan kita memberitahu kalau kita mencintai.

Incoming search terms:

  • wallpaper hidup
  • wallpaper cinta

Pelajaran Cinta

love-wallpaper262Toshinobu Kubota, yang biasa dipanggil Shinji mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya di negerinya yang lama untuk mencari hidup yang lebih baik di Amerika. Ayahnya memberinya uang simpanan keluarga yang disembunyikan di dalam kantong kulit. “Di sini keadaan sulit,” katanya sambil memeluk putranya dan mengucapkan selamat tinggal. “Kau adalah harapan kami.” Continue reading

Segelas Susu

kellySuatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Continue reading

Abraham Lincoln

abraham-lincoln-pictureAda sebuah kisah klasik tentang Abe Lincoln yang dengan jelas membuktikan, bahwa kasih itu praktis, bahwa rekonsiliasi itu mungkin, dan bahwa pengampunan adalah obat penawar luka kemanusiaan yang paling mujarab. Kisahnya adalah ketika Abe melakukan kampanye kepresidenan. Saingannya yang paling utama adalah seorang yang bernama Stanton. Stanton ini sangat membenci Lincoln. Ia memakai setiap kesempatan sekecil apa pun untuk menjatuhkan musuhnya, kalau perlu dengan fitnah. Tapi akhirnya Abe yang terpilih. Continue reading

Anak Kerang

mutiaraPada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.” Continue reading

Wortel, Telur, Dan Kopi

Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia merasa capai untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi, maka persoalan yang lain muncul. Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api. Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan, pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah kata. Continue reading

Bagian Tubuh Terpenting

Seorang Ibu selalu bertanya pada anaknya apa bagian tubuh yang paling penting. Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, “Telinga, Bu.” jawabnya, “Bukan. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakanmu lagi nanti.” Continue reading